![]() |
Sumber gambar: republika.co.id |
Aspek sosial merupakan instrumen utama dalam penyatuan kembali masyarakat pasca konflik Aceh. Pihak yang terlibat diantaranya adalah mantan pasukan GAM baik yang ada di dalam dan luar negeri dapat kembali menyatu dengan masyarakat atau pulang kampung. Begitu pula dengan pihak aparat TNI/Polri warga aceh sebagai representasi pemerintah dalam berkonflik. Ditambah lagi dengan kelompok masyarakat yang sebelumnya sudah terpecah antara kelompok yang pro dan kontra dengan tuntutan Aceh Merdeka selama konflik Aceh. Kelompok yang pro mengklaim bahwa mereka adalah pewaris tanah indatu Aceh sehingga kehadiran pemerintah Indonesia dianggap sebagai penjajahan dan wajib dilawan. Mereka yang fanatik dengan isu tersebut mengcap bahwa yang tidak mendukung kemrdekaan disebut cuak dan pengkhianat. Sebaliknya, mereka yang pro pemerintah menyebut mereka pemberontak atau separatis karna melawan negara. Pasca damai, perpecahan dalam masyarakat selain antara GAM dan TNI/Polri ini perlahan meredup. Energi saling mengklaim dan menuduh kemudian beralih kepada penataan pembangunan sosial dimana masyarakat saling menerima kembali seperti saudara. Hal ini bisa dilihat dari budaya kehidupan sosial aceh di warung-warung kopi dimana para mantan pimpinan GAM sudah bisa duduk semeja dengan pimpinan dan anggota TNI/Polri di Aceh. Selain itu, beberapa masyarakat yang dulu saling curiga di kampung-kampung sudah bersama-sama pergi ke menasah-menasah, saling mengundang dan diundang di berbagai acara kenduri, dimana biasanya disertai juga dengan menu kuah beulangong.
Selanjutnya, kondisi ekonomi adalah salah satu
elemen penting dalam mendongkrak taraf hidup masyarakat. Pasca damai,
masyarakat seperti para anggota GAM dan masyarakat lainnya sudah dilibatkan dan
bersama-sama dalam berbagai macam program perberdayaan dan pekerjaan. Dalam hal
pemberdayaan, mereka diberikan modal usaha dan pendidikan penegelolaan usaha.
Modal tesebut menjadi langkah awal mereka untuk memulai usaha yang sesuai
dengan kondisi mereka sehingga diharapkan bisa menguatkan ekonomi mereka.
Dengan bekal pengetahuan pengelolaan usaha mereka dapat menjalankan usaha
dengan baik. Disamping itu, damai Aceh didahului dengan musibah dahsyat Tsunami
aceh. Sehingga pada fase ini proses rehab dan rekon Aceh sangat masif baik
fisik maupun non fisik. Rehab-rekon tersebut melibat pihak nasional dan
international. Akibatnya peredaran uang di Aceh sangat banyak pada saat itu. Pada
proses tersebut mantan GAM yang memiliki skill dan pendidikan dengan
kualifikasi tertentu berserta masyarakat sudah bisa bersama dalam bekerja dalam
berbagai macam pembangunan dan mendapatkan pendapatan yang besar. Sayangnya,
proses rehab rekons Tsunami Aceh tidak berlangsung lama. Namun, itu bukan
berarti hilangnya pekerjaan. Terbukti banyak lahir kontraktor-kontraktor baru
di Aceh, bahkan tidak sedikit dari mereka adalah para mantan GAM dan masyarakan
korban konflik. Ini menunjukkan bahwa ekonomi Aceh sudah mulai menguat.
Hal yang lainnya adalah politik. Aceh mengalamai
transisi politik yang sangat pesat usai MoU Helsinki dan Tsunami hingga
sekarang. Betapa tidak, GAM yang bertransformasi menjadi partai-partai lokal
Aceh (PA, PNA, dan PDA) berhasil mendapatkan perhatian masyarakat. Positifnya lagi,
partai nasional juga sama-sama bersanding dan bersaing dengan baik. Sebagai
buktinya, Pemilukada Aceh pertama dimenangkan oleh Partai Aceh, dengan
menempatkan Irwandi Yusuf dan M.Nazar. Mereka berhasil terpilih sebagai
gubernur dan wakil gubernur Aceh periode 2007-2011. Selanjutnya, Pada
Pemiliukada 2012, kontestasi musim politik saat itu dimenangkan dr. Zaini
Abdullah dan Muzakkir Manaf sebagai gebernur dan wakil gubernur Aceh 2012-2017
yang diusung oleh Partai Aceh. Dan untuk periode sekarang ini, 2017-2022,
masyarakat Aceh memilih Drh. Irwandi Yusuf dan Nova Irinsyah sebagai pimpinan
eksekutif pemerintah Aceh. Jika melihat pada latar belakang semua tokoh
tersebut bahwa Irwandi Yusuf, Zaini Abdullah merupakan tokoh intelektual GAM.
Belakangan Irwandi Yusuf mendirikan Partai Nanggroe Aceh (PNA) sebagai partai
lokal baru yang dinaungioleh paramantan GAM selain partai Aceh. Muzakkir Manaf
adalah panglima GAM. Sementara itu, M.Nazar adalah aktivis referendum Aceh dan
pernah mendirikan Partai SIRA. Nova Iriansyah adalah akademisi dan ketua partai
Demokrat Aceh yang merupakan partai nasional. Perjalanan tiga periode
perpolitikan Aceh ini dapat diasumsikan sebagai transisi politik yang dinamis.
Selain itu bukanlah jalan mudah. Ada banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh
masyarakat seperti dan sebagainya. Namun, yang pasti adalah ini merupakan
proses transisi dimana penanganan teror, intimidasi, dan kriminal lainnya
dipercayakan kepada negara dalam hal ini polisi sebagai pihak yang berwenang.
Damai Aceh dalam aspek sosial, ekonomi, dan politik
merupakan beberapa bagian yang perlu ditingkatkan dan dikuatkan secara terus
menerus. Pemulihan sosial barangkali harus terus ditingkatkan adanya kepastian
bahwa tidak ada lagi rasa dendam pada masyarakat dan keluarga korban
pembunuhan, penculikan, penembakan, penjarahan, penyiksaan dan sebagainya
semasa konflik. Ini penting karna dengan berkurang dan mudah-mudah dapat hilang
akan bermamfaat terhadap terjadinya lagi konflik dimasa yang akan datang.
Perwujudan ini memang tidak mudah, namun dengan kerjasama dan kesungguhan semua
pihak bukan tidak mungkin akan tercapai.
Selain itu, Penguatan ekonomi masyarakat secara
merata dan adil adalah suatu keharusan. Akan sangat bahaya jika masih ada dan
banyak masyarakat dengan kategori miskin. Aceh, meskipun sudah 12 tahun damai
dan dengan segala keistimewaannya, masih juga terdapat masyarakat yang masih
miskin, yakni 16,4 persen (Kompas, 15/8/17). Jika kondisi ini tidak tertangani,
maka konflik baru akan terjadi lagi. Karna banyak referensi menyebutkan bahwa
penyebab konflik ada salah satunya kesenjangan ekonomi/miskin.
Terkait perwujudan damai secara politik,
tokoh-tokoh dan partai-partai politik atau pihak lain yang konsen dalam politik
yang ada di Aceh dapat memberi pendidikan politik positif dan bermoral kepada
masyarakat. Sebagai contoh, semua peserta kontestasi politik baik pilgub,
pilbup dan pileg bahkan sampai ke Pemilihan Geuchik di kampung harus berjiwa
besar untuk siap menang dan kalah. Seterusnya, yang menang harus merangkul dan tidak
perlu euforia berlebihan sehingga
tidak memancing emosi serta amarah pihak lawan (bukan musuh). Pihak yang
kalahpun sebaliknya harus berlapang dada dengan hasil yang sudah ditetapkan
bahwa yang di belum menang dan siap membantu pihak yang menang. Dalam konteks
ini, kita patut berbangga bahwa ada pendidikan politik yang baik pada
Pemilukada Aceh 2017. Alasannya para cagub lain seperti Apa karya, Abdullah
Puteh, dan Tarmizi Karim juga dikabarkan dengan jiwa besar mengucapkan selamat
kepada Irwandi-Nova atas perolehan suara tertinggi. Selain itu Mualem panggilan
untuk Muzakkir Manaf terlihat duduk semeja dengan akrab bersama Irwandi. Ditambahkan
lagi dengan kesediaan Muzakkir Manaf sebagai cagub PA sebagai salah satu cagub
terkuat yang berjiwa besar mau duduk semeja dan sepakat menghormati apapun
keputusan KIP. (Serambi Indonesia, 28/2/2017). Diwaktu yang lain, Sejak awal
Irwandi mengatakan siap merangkul semua pihak dalam pemerintahannya (Serambi
Indonesia, 4/2/2017). Sehingga menurut pendapat penulis ini merupakan pilkada
terbaik dalam sejarah Pemilikada Aceh pasca damai dan Tsunami Aceh.
Fenomena yang dijabarkan diatas adalah hal yang
mendasar dalam implementasi perdamaian Aceh. Tentu jika dilihat dalam konteks
harapan dan kenyataan tentang penyelasaran sosial, ekonomi, dan politik secara
paripurna/utuh belum tercapai. Tapi ini adalah hal logis karena kita berkonflik
lebih dari 30 tahun ditambah Tsunami yang meluluhlantakkan Aceh. Sementara,
damai aceh serta yang beberapa saat dalam kurun 12 tahun dan disertai masa
rehab-rekons Aceh pasca Tsunami. Sudah tentu diperlukan proses yang tidak
singkat. Oleh karena itu tulisan ini diberi judul “Menuju Damai Aceh
Paripurna”. Dengan harapan kita (Aceh) akan mencapai damai sebenarnya yang
ditunjukkan dengan terwujudnya kesejateraan masyarakat dalam hal sosial,
ekonomi, dan politik secara menyeluruh. Amin!
---
No comments:
Post a Comment